Selasa, 24 Februari 2009

Revitalisasi Pertanian Nasional Menuju Swasembada Beras


Revitalisasi Pertanian Nasional Menuju Swasembada Beras
Frofidierman Sonik Purba
Pada tahun 1984 yang lalu, Indonesia telah mendapatkan prestasi internasional di bidang swasembada beras. Selain menguntungkan secara ekonomi karena dapat menambah devisa negara melalui ekspor beras, swasembada beras tersebut telah membangkitkan semangat kemandirian dalam hal pemenuhan kebutuhan pangannya sendiri.Tetapi setelah tahun 1984, prestasi gemilang tersebut sirna dan Indonesia malah menjadi negara importir beras terbesar di dunia dengan angka impor yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang bertambah secara signifikan maka konsumsi nasional akan beras pun meningkat karena memang sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Indonesia membutuhkan beras sebanyak 31 juta ton pertahun bagi rakyat yang jumlahnya sekitar 230 juta jiwa, dengan asumsi konsumsi beras penduduk sekitar 135 kg per tahun per kapita (Posman Sibuea,2003)
Formula solutif dan inovatif harus dicari agar pemerintah tidak membuat kebijakan impor beras sebagai alternative utama dalam menambah stok beras nasional. Revitalisasi dalam bidang pertanian nasional adalah jawabannya apabila semua pihak (pemerintah,swasta/lembaga internasional maupun LSM yang bergerak dalam bidang pertanian) berkomitmen dan bekerja sama dalam menuntaskan permasalahan pertanian nasional kita. Permasalahan alih fungsi lahan pertanian yang tidak teratur dapat membuat produksi padi berkurang. Kita lihat bagaimana Pulau Jawa yang sejak dulu dikenal sebagai lumbung pangan nusantara berkat kesuburan tanah dan ketersediaan sarana pengairannya berubah menjadi pulau yang memfokuskan pembangunan ekonomi seperti pusat perbelanjaan, jasa, perkantoran,real-estate, industri maupun jalan tol/transportasi. Belum lagi pembangunan infrastruktur pertanian yang belum memadai dan terkesan diskriminatif dan persoalan bibit unggul yang belum tercapai disamping maraknya penyebaran pupuk palsu menyebabkan menurunnya produksi padi nasional. Disamping itu kebijakan maupun regulasi dibidang pertanian yang dibuat cenderung menyengsarakan petani tanah air kita. Indonesia jangan sampai terperangkap oleh kepentingan pihak-pihak tertentu yang berlindung dibalik kebijakan maupun regulasi pemerintah yang menginginkan negeri ini mengalami morfin ketergantungan impor beras.
Pencanangan program revitalisasi pertanian secara terpadu harus juga didukung oleh peningkatan SDM masyarakatnya. Alangkah ironisnya apabila program studi pertanian yang hampir ada di setiap universitas kita tidak mampu menciptakan sarjana pertanian yang mempunyai SDM maupun skill untuk mengolah lahan pertanian negeri yang terkenal dengan kesuburannya. Sarjana-sarjana pertanian harus mampu melakukan riset maupun penelitian untuk menunjang perbaikan pertanian kita, tentunya dengan dukungan dana baik dari pemerintah maupun swasta.
Kita tentunya mengharapkan rencana pemerintah yang akan mengucurkan subsidi pangan sebesar Rp 33 trilun pada tahun 2009 nanti dapat mendukung program revitalisasi pertanian (Presiden RI, 2008) sehingga harapan swasembada beras dapat segera terealisasi. Semoga
Diterbitkan Pada Surat Kabar Harian Seputar Indonesia Pada tanggal 21 November 2008

Tidak ada komentar: