Kamis, 05 Maret 2009

Perempuan, Begitu Misteriuskah ?


Perempuan, Begitu Misteriuskah ?
Oleh:
Frofidierman Sonik Purba

Berbicara masalah perempuan, maka kita langsung teringat tentang permasalahan emansipasi, hasrat, lesbian, dan feminimisme yang mengundang logika yang cukup a lot untuk membicarakannya.
Banyak kata-kata yang dapat menunjukkan identitas seorang perempuan seperti gadis, ibu, nenek dll yang pemakaiannya tergantung fungsi dan kondisi. Gadis biasanya menunjukkan perempuan baik perawan maupun yang sudah tidak perawan lagi asalkan belum menjalin ikatan pernikahan. Ibu menunjukkan perempuan yang sudah berumah tangga dan sudah punya anak sedangkan nenek menunjukkan perempuan yang sudah lanjut usia dan sudah punya cucu.
Dalam membongkar dan menggambarkan kemisteriusan dan rahasia perempuan banyak kita temukan dalam bentuk puisi, novel, lukisan, lagu maupun dalam bentuk karya sastra yang lain. Ada yang bersifat imajiner maupun bersifat nyata. Penulis pernah membaca sebuah puisi yang sangat menyentuh sekali yang latar belakang pembuatannya diakibatkan kekecewaan terhadap seorang perempuan ( baca:kekasih) yang telah menyakiti hati si pembuat puisi sampai-sampai si pembuat puisi mengalami depresi berat. Tapi, itulah kehebatan dan kelemahan perempuan yang menyimpan sejuta kemisteriusan akan cinta, kelembutan, derita maupun kemunafikan.
Perempuan yang dalam tulisan ini hanya dibatasi pada kelas kekasih mengundang protes dan pandangan argumentatif apabila kaum Adam mengkelompokkannya sebagai manusia kelas kedua. Sejarah bisa mencatat bagaimana pahlawan-pahlawan perempuan Indonesia seperti Raden Ajeng Kartini protes terhadap kehidupan, peradaban dan masa kejayaan kelaki-lakian. Gerakan emansipasi persamaan gender yang digagasnya menuntut laki-laki dan perempuan sama kelas dan haknya. Yang membedakannya hanya dari segi hasrat dan alat-alat biologis. Diera zaman Raden Ajeng Kartini ini, perempuan hanya dijadikan boneka hiburan laki-laki. Pekerjaan dan ruang gerak perempuan hanya dibatasi pada masalah dapur rumah tangga dan masalah ranjang panas saja.
Kembali ke batasan perempuan sebagai kekasih maka kita sering mengilustrasikan prempuan itu seperti bunga ditepi jurang yang harus dihinggapi dan madunya dihisap kumbang sebagai laki-laki. Ada juga yang mengibaratkan perempuan seperti ikan dimana untuk mendapatkannya pemancing (baca:laki-laki) awalnya harus rela berkorban untuk membeli umpan dan pancingan yang terbaik demi meraih ikan yang diinginkan. Setelah ikannya (baca:perempuan) tertangkap maka urusan keeksistensian atau keberadaan ikan tersebut terserah pemancing mau diapakan. Ada yang memeliharanya dengan baik agar dapat berproduksi lagi. Ada yang menggorengnya untuk keperluan perut. Ada yang menjualnya bahkan ada juga yang mencampakkannya karena hanya dijadikan hiburan saja. Kalau kita berasumsi secara logika terbalik maukah atau bisakah perempuan dikategorikan kumbang atau pemancing dan laki-laki yang menjadi bunga dan ikannya seperti ilustrasi diatas ?.
Apapun ilustrasi, pemikiran, gerakan akan suatu legitimasi dan eksistensi perempuan satu hal yang pasti persoalan keindahan dan kebahagiaan hidup kaum Adam tidak akan berjalan secara harmoni tanpa sentuhan dan perhatian kaum Hawa. Pertama : Alangkah indahnya kalau pergulatan cinta terjadi diantara kaum Adam dan kaum Hawa. Kita bisa lihat dalam proses membuat cinta menjadi komunikasi dan komunikasi menjadi hubungan yang bahasa gaulnya dinamakan tahap PDKT dimana pihak laki-laki dituntut harus lebih bersabar dan mau berkorban lebih banyak demi meraih “hadiah” dari perempuan yakni cinta dan aroma tubuhnya bahkan bisa juga mendapat “hadiah grandprise” yakni sex. Kedua : Kita tidak bisa membayangkan betapa dahsyatnya dan nikmatnya apabila pertarungan hasrat terjadi diatas ranjang panas antara kaum Adam dan kaum Hawa dengan tidak menafikan pertarungan hasrat antara sejenis seperti kelompok GAY dan Kelompok Lesbian. Menang dan kalah tidak jadi permasalahan asalkan keduanya sama-sama memiliki jiwa ksatria dan merasakan secara bersama-sama kepuasan tingkat tinggi yang satu ini.
Kesimpulan
Ada dua kemisteriusan perempuan yang harus dihancurkan demi menjebol hatinya yakni pertama : perempuan jangan dibuat merasa istimewa dan spesial dimata laki-laki. Penulis sering mengalami kejadian apabila perempuan terlalu sering disanjung dan diistimewakan pihak laki-laki maka akan menaikkan nilai bargainingnya (nilai jualnya) sehingga perempuan tersebut akan bersifat over selektif (terlalu memilih) terhadap para lelaki yang memburunya. Kita sering lihat bagaimana segerombolan lelaki yang secara beramai-ramai mendekati perempuan, memujinya dan mengeluarkan jurus gombalan paling dahsyat yang sering disimbolkan dengan ungkapan: pssst…stttt cewek, mana dek, Kamu cantik kali dek sehingga membuat segerombolan lelaki tersebut bagai mahluk hidup yang paling murah persisnya laki-laki murahan. Akibatnya sampai perempuan akan berkata didepan kaca” Aku cantik juga ya. Banyak yang mengidolakan aku. Ah…Aku jual mahal aja deh dan harus selektif.Mmm..mmm Enaknya jadi perempuan”.
Kedua : Laki-laki harus menaikkan nilai jualnya.
Di era budaya ketimuran yang kita miliki ada suatau doktrin percintaan yang menyatakan harus laki-laki yang lebih dulu mengalah untuk mengungkapka perasaannya. Contoh kasusnya seperti ketika pada tahap PDKT Laki-laki dituntut lebih agresif dalam memberikan perhatian dan lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku perempuan sehingga membuat pihak perempuan merasa manja dan istimewa. Budaya ini harus direvolusi kalau perempuan menginginkan kesamaan gender dalam segala bidang baik bidang politik, ekonomi, social budaya maupun dalam urusan perasaan bahkan sex.
Sudah saatnya laki-laki juga menuntut hak kepada perempuan agar mau untuk mengungkapkan perasaannya lebih dahulu kepada laki-laki dan tidak menunggu kejantanan laki-laki untuk memulai cerita cinta. Perempuan jangan munafik dan melakukan apologia (pembenaran) budaya agar laki-laki yang lebih dulu mengungkapkan perasaaanya. Kalau perempuan lebih dahulu jatuh cinta kepada laki-laki, perempuan harus berani PDKT kepada laki-laki. Ungkapkan aja dan jangan takut harga dirinya jatuh dimata laki-laki sehingga balance (keseimbangan) gender dapat terjadi antara laki-laki dan perempuan dan kemisteriusan perempuan dapat dipecahkan “keperawanannya” menjadi sebuah realita.
Deklarasi Pernyataan Kesamaan Gender Dari Kaum Adam Dari Penjuru Dunia
Wahai….perempuan-perempuan di penjuru dunia
Ungkapkan aja perasaanmu kepada kami lebih dahulu tanpa menunggu kejantanan kami dalam memulai cerita cinta.
Jantanlah dalam mengungkapkan perasaanmu lebih dahulu. Jangan takut harga dirimu rendah dimata kami. Kalau cintamu tulus, kami siap menerimamu.
Wahai…perempuan-perempuan di penjuru dunia
Kami menunggu “Kejantananmu”
Hidup Laki-laki…..!
Hidup Perempuan…!
Hidup Kesamaan Gender…..!

Tidak ada komentar: